Selasa, 24 Mei 2011

INDAH

Hari ini gue mendapatkan sebuah pelajaran yang luar biasa. Tadi sore sekitar pukul 5 gue keluar dari kampus, lalu mengendarai motor sembari mendengarkan musik dari handphone. Wilayah Mampang tidak mungkin kalau tidak macet jadi gue berusaha menikmati perjalan sambil mendengarkan musik dan bernyanyi di balik helm yang gue kenakan. Lalu perjalan gue terhenti karena Lampu sudah berwarna merah. Gue tetap menikmati musik dan masih terus bernyanyi. Motor didepan, samping kanan atau pun kiri terasa biasa-biasa saja. Semuanya menunggu lampu segera berwarna hijau. Ada yang sibuk membeli perangkap tikus saat pedagang menjajakannya disela-sela lampu merah . Dan mereka yang didalam mobil entah sedang apa, karena gue tidak bisa melihat kedalam jendela. Lalu pandangan gue tertuju saat seorang laki-laki yang berada tepat didepan gue, menurunkan standar motornya lalu turun dari motornya dan melangkah menuju pinggir jalan, gue terus memperhatikan langkah kaki pria itu. Dan pria itu berhenti tepat di sebelah seorang pria yang separuh baya, yang saat gue perhatikan ternyata pria itu tidak memiliki fisik yang sempurna. Tinggi badannya tidak lebih tinggi dari gue, dia tidak memiliki tangan kanan dan tangan kirinya pun lumpuh. Ternyata pria yang turun itu memberikan uang kepadanya, pria itu tersenyum dan kembali melangkah menuju motornya.

Saat gue melihat kejadian itu, rasanya ingin menangis. Gue tidak bisa melihat jelas wajah pria baik itu, karena dia mengenakan masker dan helm full face. Yang gue tau hanya satu yaitu plat nomornya B 3093 TFG.

Gue pernah mendengar kalimat bahwa kita dilarang memberikan uang kepada pengemis. Entah itu sebuah peraturan atau bukan, entah dari mana asalnya dan entah untuk apa tujuannya. Tanpa di gurui gue percaya kalau masing-masing dari kita sudah bisa mengerti siapa yang pantas dan tidak pantas mendapatkan pertolongan. Buat gue memberi itu adalah sebuah pertolongan. "Jangan memberi di tempat yang salah" seseorang berkata demikian kepada gue. "Contohnya kita bisa memberi di panti asuhan" lanjut seseorang yang sama berkata demikian. Dia berbicara seperti itu saat melihat gue memberikan uang kepada seorang nenek yang duduk di pinggir jalan dan lokasi tempat dia duduk adalah pusat kota jakarta, kanan kirinya berdiri mall-mall mewah di Jakarta. Lalu gue berusaha memberikan sebuah pengertian. Lantas kalau bukan kita yang memberi siapa lagi ? Gue ga akan memberikan uang gue ke orang-orang yang gue lihat dia masih mampu untuk bekerja. Gue ga akan kasih uang gue ke orang-orang yang gue pikir mereka masih punya tenaga untuk bisa bekerja yang lainnya. Tapi wanita itu berbeda. Tubuhnya sudah menua. Dan mungkin dia lahir saat masih zaman peperangan, disaat itu dia terjajah oleh penjajah yang datang ke negeri ini dan sekarang dimasa tuanya dia masih harus terjajah oleh kemiskinan disaat negaranya sudah merdeka.

Buat gue ironis, saat disekitarnya lalu lalang mobil-mobil mewah dan wanita-wanita cantik dengan pakaian yang mahal dan high heels, dan ternyata disitu duduk seorang wanita tua dengan kebaya lama yang telah kusam serta mangkuk kecil yang berisikan koin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar